Gesang

Gesang

Basic Info

Gesang Martohartono adalah putra kelima dari Martodiharjo. Lahir pada tanggal 1 Oktober 1919 dengan nama Sutardi, karena sering sakit-sakitan, kemudian namanya diganti menjadi Gesang yang berarti “hidup”. Ibu kandungnya meninggal ketika usianya 5 tahun.

Semasa mudanya, Gesang adalah penyanyi pada Orkes Keroncong “Kembang Kacang” pimpinan Alm Supinah. Di orkes inilah bekat Gesang sebagai penyanyi dan pencipta lagu berkembang. Setiap lagu baru yang dihasilkannya, Gesang meminta salah seorang pemain O.K. Kembang Kacang untuk dimainkan pada gitar atau piano. Gesang mengaku bahwa beliau kurang menguasai teori musik.

Semenjak masih muda sampai sekarang, Gesang masih tetap setia dengan seni, dan kesetiaannya itulah yang merupakan salah satu penyebab perpisahan dengan istrinya, karena selama berumah tangga, Gesang selalu berpindah-pindah tempat tinggal, dari kota satu ke kota lainnya. Walau demikian, beliau tidak pernah menyesali jalan hidup yang ditempuhnya.

Dedikasinya terhadap dunia seni dibuktikannya dengan 44 lagu yang telah beliau ciptakan dari tahun 1938 sampai 1996. Sebagai sosok yang melankolis, Gesang mudah tersentuh oleh keadaan di sekitarnya, yang kemudian dituangkan ke dalam lirik lagu, seperti dalam lagu pertamanya, “Si Piatu” yang diinspirasikan dari kehidupannya sendiri yang kehilangan ibunda tercinta pada usia 5 tahun.

Begitu pula dengan lagu “Bengawan Solo” yang melegenda. Pada tahun 1940, pada suatu senja di tepi sungai Bengawan Solo, datanglah inspirasi karena kekagumannya terhadap kemegahan sungai itu yang sangat berbeda di musim hujan dan kemarau sebagaimana diungkapkannya dalam syair lagu “musim kemarau tak sbarapa airmu dimusim hujan air meluap sampai jauh”.

Lagu “Bengawan Solo” juga sangat terkenal sampai ke luar negeri, terutama RRC dan Jepang, sehingga beliau sempat berkunjung ke RRC dan Korea Utara bersama Misi kesenian Indonesia pada tahun 1963, dan juga kemudian berturut-turut pada tahun 1988, 1990, 1991, dan 1994 atas undangan untuk memperkenalkan musik keroncong di Jepang. Pada tahun 1996 beliau bersama delegasi kesenian PT Gema Nada Pertiwi mendapatkan kehormatan untuk tampil dalam acara khusus untuk dirinya “Malam Bengawan Solo”, selama 2 malam berturut-turut di Shanghai.

Gesang adalah sosok pribadi yang sangat sederhana. Beliau tidak pernah punya impian yang muluk-muluk. Baginya, apa yang telah didapat, baik ataupun tidak, merupakan kenikmatan tersendiri yang tidak pernah disesali. Sebagai contoh, Gesang sudah sering diberitahu, bahwa Bengawan Solo sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang, Mandarin, Inggris dan Belanda, tapi Gesang menanggapinya dengan santai saja.

Pada tahun 1980, sewaktu Gesang berusia 63 tahun, untuk pertama kalinya PT Gema Nada Pertiwi merekam lagu Bengawan Solo, dan untuk pertama kalinya pula Direktur Utama PT Gema Nada Pertiwi, Hendarmin Susilo, mengunjungi Gesang bersama Iswan, seorang pemusik ternama. Maksud kunjungan, selain meminta ijin untuk merekam lagu Bengawan Solo, sekaligus juga meminta beliau untuk membawakannya sendiri.

Setelah itu PT Gema Nada Pertiwi telah membuat beberapa album keroncong untuk Gesang hingga puncaknya pada tahun 2002, Gesang memperoleh piagam penghargaan “Usia Tertua Masuk Dapur Rekaman (85 tahun)” dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Sekarang ini Gesang tinggal di rumahnya yang baru, Jalan Gatot Subroto, Gang II No 79, Solo Jawa Tengah 57151, setelah lama tinggal di rumah Perumnas Proyek Solo yang sederhana. Tempat kediamannya yang baru direnovasi tahun 2003 ini sering dikunjungi turis, terutama dari Jepang. “Bengawan Solo” memang populer disana, sehingga sejumlah pengagum Gesang di Jepang medirikan “Perhimpunan Dana Gesang” pada tahun 1980, dan beliau diundang ke Tokyo untuk meresmikannya. Perhimpunan ini juga membangun Taman Gesang di Jurug, persis di tepian Bengawan Solo, lengkap dengan patung setengah badan beliau. Semenjak itu, hampir setiap tahun menjelang ulang tahun Gesang, dipimpin ketua “Perhimpunan Dana Gesang “, rombongan turis khusus datang ke Solo untuk turut merayakan bersama, biasanya mereka datang bersama Gesang ke taman Gesang dan bernyanyi bersama di bawah patung Gesang.

Gesang telah mengukuhkan dirinya menjadi salah satu pencipta lagu yang terbesar di Indonesia, beliau sudah merupakan asset nasional yang menjadi kebanggaan masyarakat solo pada khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya.

Album Berdasarkan Artis

KOLEKSI ALBUM Gesang